Keren!!! SMKN PERTANIAN RAIH JUARA 2 KARYA ILMIAH REMAJA SESUMATRA

Keren!!! SMKN PERTANIAN RAIH JUARA 2 KARYA ILMIAH REMAJA SESUMATRA

Read Time:4 Minute, 28 Second

Ajang pekan Raya Biologi merupakan ajang yang setiap tahun diselenggarakan oleh Universitas Riau, dimana pada kali ini bertemakan “Muda Berinovasi, Genggam Prestasi” Pada ajang kali ini ada beberapa kategori lomba yang ditawarkan seperti Desain Poster, Melukis, BIO Expo, Lomba Karya Tulis Remaja, Cepat tepat, Uji Kompetensi Laboratorium. LKTR Merupakan pilihan untuk unjuk karya oleh para siswa SMKN Pertanian Terpadu Provinsi Riau M. IKHSAN RAMADHAN, FANESA REVITA NISA LUBIS, SITI AISYAH DALIMUNTHE, yang tergabung dalam kelompok KIR (Karya Ilmiah Remaja) yang dibimbing oleh Ibu Artini Rizqa, M.Pd. Dengan Judul PATENDATI (PATIN RODENTISIDA NABATI): PEMANFAATAN LIMBAH IKAN PATIN MENJADI RODENTISIDA NABATI SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN HAMA TIKUS (Rattus tiomanicus) DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT. Kepala Sekolah SMKN Pertanian Terpadu Provinsi Riau Dra. Sudarti. MM, Menyatakan sangat Bangga dengan Prestasi yang diraih, dengan segala kekurangan mereka mampu bersaing dan mampu bekarya, semoga bisa ditingkatkan dan menjadi Inspirasi untuk siswa lainya. Dan tentunya ini berkat bimbingan. kontiniutas, “Mereka memang selalu berlatih, ada dan tiada perlombaan, penelitian/Reseach adalah hobi dari siswa KIR”

A. Latar Belakang

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia tersebar di 26 provinsi, provinsi yang memiliki perkebunan sawit terluas diduduki oleh Provinsi Riau yaitu 3,38 juta ha atau 20,68% dari total luas areal perkebunan sawit di Indonesia (Kepmentan, 2019). Masyarakat Provinsi Riau telah lama hidup berdampingan dengan tanaman kelapa sawit, tak jarang profesi masyarakat Riau adalah sebagai petani sawit bahkan pengusaha sawit. Dalam budidaya kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) prosesnya tidak terlepas dari berbagai serangan hama. Salah satu hama utama yang menyerang kelapa sawit adalah tikus (Rattus tiomanicus). Menurut Madusari (2012), serangan hama tikus pada tanaman kelapa sawit yang baru ditanam dapat menyebabkan kematian hingga 20–30%, karena tikus memakan pelepah sampai titik tumbuh pada tanaman muda, bunga dan buah pada tanaman kelapa sawit yang menghasilkan. Bunga jantan dan tandan buah segar yang dimakan tikus dapat menurunkan produksi dan meningkatkan kandungan Free Fatty Acid (FFA) atau Asam Lemak Bebas (ALB) serta menurunkan kualitas Crude Palm Oil (CPO) (Rajagukguk, 2014). Akibatnya harus dilakukan penanaman ulang yang membutuhkan banyak biaya tambahan untuk bibit dan tenaga kerja, selain itu juga menyebabkan tertundanya masa panen tanaman kelapa sawit.

Umumnya cara untuk mengendalikan serangan hama tikus menggunakan rodentisida yang diletakkan pada setiap tanaman kelapa sawit, pengendalian hama tikus ini biasanya dilakukan dua kali dalam setahun. Tetapi pengendalian hama tikus menggunakan rodentisida kimia belum memberikan hasil yang memuaskan karena hanya bersifat sementara, kemudian biaya yang dikeluarkan juga cukup tinggi, dan juga mampu merusak lingkungan dalam jangka panjang (Rajagukguk, 2014). Selain itu, pengendalian hama tikus biasanya dilakukan dengan cara biologis yaitu dengan menggunakan burung hantu (Tyto alba) yang merupakan musuh alami tikus. Akan tetapi, dalam pengimplementasiannya pengendalian secara biologis menggunakan burung hantu harus memiliki ilmu khusus untuk merawatnya, karena perlu penanganan yang cepat baik itu perawatannya maupun penanganan saat sakit, menjaga supaya burung hantu tidak menganggap manusia sebagai mangsanya, sebab sifat burung hantu mudah stres sehingga perlu penanganan oleh petugas yang mempunyai pengetahuan tentang sifat burung hantu (Pusparini, 2018).

Menurut Maskur (2021), jumlah produksi ikan patin di Indonesia pada tahun 2020 adalah sebesar 408.539 ton, produksi ikan patin mulai meningkat dari tahun 2018 yang tercatat sejumlah 391.151 ton. Sisa pengolahan (limbah) dari industri  pengolahan ikan patin diperkirakan mencapai 30% – 40% dari total berat ikan. Limbah ikan patin yang tidak dikelola akan menimbulkan bau busuk yang menyebabkan ketidaknyamanan masyarakat dalam beraktivitas. Limbah ikan patin juga bisa menjadi sumber bakteri  dan penyakit yang disebarkan oleh lalat, seperti penyakit diare dan muntaber.

Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya inovasi yang mampu mengatasi permasalahan yang disebabkan oleh serangan hama tikus. Oleh karna itu penulis memberikan sebuah inovasi baru  berupa “PATENDATI (Patin Rodentisida Nabati): Pemanfaatan Limbah Ikan Patin menjadi Rodentisida Nabati sebagai upaya Pengendalian Hama Tikus (Rattus tiomanicus) di Perkebunan Kelapa Sawit”. Inovasi ini memanfaatkan limbah ikan patin yang digunakan sebagai umpan untuk menarik tikus. Limbah ikan tersebut diolah menjadi rodentisida nabati dengan beberapa bahan lainnya yaitu, enzim papain dari tanaman pepaya, kandungan kalium pada serabut kelapa yang dibakar, enzim tanin, zat eugenol, senyawa flavonoid dan saponin pada daun ruku-ruku sebagai racun alami dalam membunuh tikus. Dengan adanya PATENDATI ini diharapkan mampu meminimalisir serangan hama tikus pada perkebunan kelapa sawit sehingga kelapa sawit bisa berproduktivitas dengan baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

  1. Bagaimana konsep penggunaan PATENDATI dalam pengelolaan lingkungan?
  2. Apakah PATENDATI efektif dalam membunuh hama tikus?
  3. Bagaimana perbandingan antara PATENDATI dengan rodentisida kimia dalam membunuh hama tikus?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui konsep penggunaan PATENDATI dalam pengelolaan lingkungan.
  2. Untuk mengidentifikasi keefektifan PATENDATI dalam membunuh hama tikus.
  3. Untuk menganalisis perbandingan antara penggunaan PATENDATI dengan rodentisida kimia dalam membunuh hama tikus.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari adanya karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagi pembaca

Dapat mengetahui cara mengendalikan serangan hama tikus pada perkebunan kelapa sawit menggunakan PATENDATI yang ramah lingkungan.

  • Bagi penulis

Dapat mengetahui bahan-bahan alami yang dapat diolah menjadi rodentisida nabati yang mampu mengendalikan serangan hama tikus pada perkebunan kelapa sawit berupa PATENDATI.

  • Bagi perusahaan kelapa sawit

Dapat mengetahui cara mengendalikan serangan hama tikus pada tanaman kelapa sawit menggunakan PATENDATI yang ramah lingkungan dan aman digunakan dalam jangka panjang, serta mampu meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit.

  • Bagi pemerintah

Dapat mengatasi permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh bau busuk yang ditimbulkan dari limbah ikan patin dan mengatasi permasalahan penggunaan bahan kimia secara berkelanjutan.

Happy
Happy
100 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *